.

Selasa, 11 Desember 2007

Iblis-Ku Malang

iblis

Dalam kamar yang tak terlalu besar ukurannya dan terasa agak sejuk mereka asik berdua, mereka menikmati keadaan itu, mereka asik ber-utopis akan indahnya kontak fisik...


Ah... indah memang jika membayangkan mereka, apalagi perseteruan itu terjadi atas kesepakatan bersama. Setelah zat, ruh, raga yang cair itu keluar dari kaum Adam seolah-olah mimpi-pun buyar seiring banjirnya keringat yang membasahi mereka... kaum Hawa seperti tersayat sembilu, mendramatis keadaan. Matanya yang berkaca-kaca meneteskan air bening bak embun di daun bambu. Penyesalan, itulah mungkin yang ada sehingga kaum Hawa menjadi seperti seorang pemain teater yang memainkan peran seorang ibu yang kehilangan anaknya.
Iblis menjadi sasaran atas apa yang terjadi pada mereka, kasian sekali iblis yang tidak merasakan nikmatnya tapi dituduh menjadi biang dari penyebab semuanya... Kenapa tak kalian nikmati saja apa yang terjadi, toh kalian senang saat melakukannya.? Mengapa harus ada yang disalahkan.
Waktu-pun terus berjalan, si kaum Hawa merasakan seolah-olah ada penghuni lain di perutnya selain cacing... Kaum Adam hanya bingung bak se-ekor babi yang kehilangan taringnya sehingga tak mampu lagi menggali ubi yang ada di dalam tanah...
hmmm... Tindakan.?? sudah pasti kaum Adam bertindak melebihi fir'aun kekejamannya. Bagus juga sih, dari pada si jabang bayi lahir kebumi dan menuai banyak cacian, bukankah lebih baik dia di taruh di syurga saja.??
Tapi tak adil juga ketika mereka telah membuat si jabang bayi yang harusnya melihat dunia, tapi mereka taruh di syurga... Fir'aun saja membunuh jabang bayi ketika lahir, tapi mereka berani membunuh si jabang bayi ketika belum lahir, sungguh hebat kekejaman mereka yang bisa melebihi Fir'aun...
Lalu siapa yang salah ketika jabang bayi itu ada terus mati.?, tentu lagi-lagi iblis. Kasian sekali Iblis yang tak ikut dalam investasi pembuatan orok ikut terbawa masalah mereka. Jika kita menajadi iblis apa yang akan kita rasakan dan kita utarakan ketika menjadi sasaran dalam setiap masalah yang terjadi pada manusia.?, tentunya vonis ini diberikan kepada iblis atas dasar telah menggoda manusia "katanya". Padahal manusia menikmati kesalahan yang telah diperbuat, tapi mengapa selalu ada pihak ketiga yang menjadi pembelaan yaitu iblis. Ikhlas-kah, senang-kah, setuju-kah dan marah-kah iblis ketika harus mendapat gelar sang-penggoda.?, tak ada yang tau. Beranikah kita terus berbuat, bertindak, dan bersikap salah tapi tanpa harus menyalahkan iblis.?. jika berani mari lakukan terus itu tanpa ada air mata yang keluar, tanpa ada penyesalan, tanpa ada kesedihan dan hanya ada kegembiraan ketika kita melakukan semua kesalahan itu... tapi jika tidak, berani pula-kah kita untuk tidak melakukan kesalahan itu.
Jika aku menjadi iblis yang selalu dijadikan sebagai sumber masalah, maka aku akan bertanya "siapakah diantara kita (manusia dan iblis) yang sesungguhnya menjadi iblis.? aku (iblis) yang selalu dijadikan penyebab masalah atau kalian (manusia) yang selalu berbuat salah?". Tanyakan ini pada diri kita sendiri...

bandung, 12 desember 2007 (05.18)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda