.

Senin, 10 Desember 2007

JAKARTA = KELINCI PERCOBAAN

abstrak
Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah dalam sebuah negara sejatinya akan menimbulkan sebuah dampak, tentunya dampak yang diharapkan dari sebuah kebijakan itu merupakan dampak positif yang akan menjadi sebuah solusi dari suatu masalah. Tetapi apa yang diharapkan dari sebuah kebijakan belum tentu sebaik yang di harapkan, karena bukan tidak mungkin dampak negatif-lah yang akan timbul dari sebuah kebijakan. Niat untuk mencari sebuah solusi, terkadang malah menjadi sebuah masalah baru. Dampak ini sendiri tentu saja dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat kecil maupun kalangan elit yang membuat kebijakan itu sendiri.


Hal ini bisa dirasakan di negara manapun, begitu juga di Indonesia. Banyak program yang di buat oleh pemerintah kita untuk mengatasi berbagai masalah yang ada saat ini. Tetapi terkadang kebijakan yang dibuat hanya bagus dalam perencanaannya saja, dalam implementasinya tentu saja tak semudah perencanaan. Niat untuk mencari solusi malah masalah baru yang timbul, inilah yang terjadi dari banyak kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini bisa dirasakan di berbagai daerah terutama Jakarta.

Lihat saja kebijakan tentang masalah kemacetan, pemerintah menjadikan bus away sebagai sebuah solusinya tetapi saat ini malah menimbulkan masalah baru karena memperparah kemacetan. Tentu saja hal ini dirasakan oleh warga Jakarta, karena kota inilah yang dijadikan tempat pertama dari kebijakan ini sebelum kota-kota lain seperti bogor dan sekitarnya. Kemudian masalah konversi energi dari minyak tanah ke elpiji beberapa bulan kemarin. Tentu saja kota Depok, Bogor, Bekasi terutama Kota Jakarta-lah yang dijadikan sebagai bahan percobaan. Bagaimana dengan hasilnya.?, implementasi pastilah tak tak mudah, program konversi ini menjadi carut-marut. Akibatnya masyarakat banyak yang keluar kota pergi ke kota yang tidak di jadikan percobaan dalam program konversi energi ke minyah tanah hanya untuk mencari minyak tanah. Bahkan harganya-pun melonjak naik dan terjadi antrean dalam pembelian minyak tanah.

Rencana tentang kebijakan baru akan dibuat oleh pemerintah saat ini, yaitu program pemangkasan jatah premium bersubsidi untuk kendaraan pribadi. Jika kita pikirkan rencana ini tentulah terlihat bagus apa lagi mengingat harga minyak di pasaran dunia mencapai hampir US$. 100 per barel. Kebijakan ini nantinya juga akan di coba di Jabodetabek mulai Januari mendatang. Tetapi apa yang terjadi dri kebijakan-kebijakan yang terjadi di atas bukan tidak mungkin akan terjadi lagi dalam program konversi premium ini, apa lagi perumusan tentang sistem pengawasan dan pengalokasian dari premium ini belum selesai. Bukan tidak mungkin ketidak pastian ini akan membuat persoalan menjadi tambah ruwet, karena terlihat dipaksakan.

Lalu siapa yang akan merasakan dampak dari kebijakan ini.? Tentu saja Jakarta dan kota2 lain di sekitarnya. Jika kita renungkan seakan-akan kota-kota seperti Bogor, Depok, Bekasi, Tanggerang terutama kota Jakarta menjadi sebuah kelinci percobaan dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dampak yang ditimbulkan-pun sudah barang tentu dampak negatif. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah jika dilihat hanya sekedar tambal-sulam dari solusi sebuah masalah. Tentunya kita bisa menyimpulkan bahwa ketidakpastian hanya memunculkan spekulasi, yang ahirnya membuat laju inflasi semakin meninggi.

Seharusnya pemerintah lebih baik dalam membuat kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai sisi agar tidak terjadi lagi kesalahan seperti kebijakan yang di buat sebelumnya. Hal ini juga tentu saja bertujuan agar kota Jakarta dan sekitarnya tidak lagi menjadi korban dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan terkesan seperti menjadi kelinci percobaan.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda